Sabtu, 10 Desember 2016

AD RT PERSIGU 2017

BES BES OK.jpgSELASA, 27 SEPTEMBER 2016                                            
AD/ART PERGURUAN PERSIGU





RANCANGAN ANGGARAN DASAR / RUMAH TANGGA
PERGURUAN PENCAK SILAT SUNAN GUNUNG JATI AL-HIKMAH



 I. ORGANISASI
Pasal 1

Visi dan Misi

Visi Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah :

Melestarikan dan mengembangkan pencak silat sehingga menjadi kebanggaan daerah Kabupaten Karimun Kepri dan menjadikan jati diri Bangsa Indonesia.

Misi Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah :

a.   Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan Bangsa Indonesia, khususnya olah raga beladiri Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah.

b.  Turut serta membangun manusia Indonesia seutuhnya yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat  jasmani dan rohani, berjiwa patriot, setia kawan serta berakhlak mulia, sehingga dapat menjadi modal besar dalam Pembangunan Bangsa dan Negara menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

c.   Meningkatkan kesejahteraan para praktisi pencak silat melalui pencak silat itu sendiri.


Pasal 2
Sifat dan Fungsi

a.  Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah adalah organisasi yang bersifat kekeluargaan, berasaskan Pancasila dan berdasarkan UUD 1945.

b.   Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati mempunyai sekurang-kurangnya 3 fungsi, yakni :

1.                   Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat Sunan Gunung Jati dan juga Silat tradisi daerah kepri dan sekitarnya.

2.                   Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian,pengembangan, penyebaran dan peningkatan citra Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah dan nilai-nilainya.

3.                   Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah serta pengembangan Ahlaq anggota perguruan khususnya, masyarakat Indonesia umumnya       
      
c.   Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah bersikap netral, independen dan demokratis.

BAB II

KEANGGOTAAN
Status, Syarat dan Alasan Pemberhentian
Pasal 3
Status

PERSIGU mempunyai istilah untuk status keanggotaan sebagai berikut :

a.          Anggota biasa, yaitu anggota yang secara aktif mengikuti kegiatan Perguruan PERSIGU menurut tingkatannya masing-masing.

b.          Anggota luar biasa, yaitu orang-orang yang tercatat sebagai simpatisan Perguruan PERSIGU dan memberikan sumbangan material dan spiritual terhadap kemajuan Perguruan PERSIGU.

c.          Anggota kehormatan, yaitu anggota yang berjasa kepada Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-Hikmah


Pasal 4                                                                                                                     
Syarat

Syarat-syarat untuk menjadi anggota PERSIGU

a.   Mengajukan permohonan Pribadi untuk menjadi anggota PERSIGU.
b.   Membayar uang pangkal/Pendaftaran dan uang iuran rutin.
c.   Bersedia mentaati Peraturan danPedoman PERSIGU.
d.   Bersedia mentaati dan menjunjung tinggi disiplin dan kehormatan         organisasi   PERSIGU ALHIKMAH

Pasal 5
Alasan Pemberhentian

Anggota berhenti karena :
                                                                                                                                               
a.   Meninggal dunia
b.   Mengundurkan diri atas permintaan sendiri
c.   Diberhentikan.

BAB III

Pasal 6
GURU BESAR, PANDEKAR, DEWAN PELATIH


GURU BESAR      :   Merupakan pembina utama Perguruan Pencak Silat Sunan Gunung Jati Al-hikmah.

PANDEKAR         :   Orang yang dengan kepakarannya / keahliannya dapat  memberikan sumbangan pada pembinaan dan pengembangan kualitas Pencak Silat Khususnya Silat Tradisional.

DEWAN PELATIH :  
 Adalah Seorang anggota PERSIGU yang berpredikat Pelatih atau menyandang sabuk Hitam & Merah PERSIGU ALHIKMAH

a.   Dewan Pelatih bertanggung jawab kepada Guru Besar PERSIGU.

b.   Dewan Pelatih bertujuan untuk meneliti, membimbing, mengawasi dan memprotek seluruh kegiatan-kegiatan yang berada di tingkat Gelanggang  untuk dapat mengontrol secara menyeluruh baik dalam aspek manajemen, administrasi, kesekretariatan, latihan dan berlatih di seluruh Daerah dan Luar Daerah.

c.   Dewan Pelatih melihat dan mendalami aspek-aspek Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) di dalam pemenuhan kehidupan sehari-hari dalam hal pengembangan, pemasyarakatan dan penggunaan jalur-jalur hukum yang berlaku bagi para anggota PERSIGU.

d.   Dewan Pelatih dapat mengangkat seorang ketua dan staf-stafnya dengan persetujuan dari Guru Besar PERSIGU.

e.   Masa Bakti Kepengurusan PERSIGU sekurang-kurangnya 5 tahun.

f.   Memberikan petunjuk secara sistematis melalui brosur atau referensi yang ada guna melengkapi cara melatih fisik dan pernafasan, juga tidak dilupakan penanaman disiplin serta pembinaan moral bagi setiap anggota PERSIGU.

g.  Pedoman pelajaran materi PERSIGU, yang telah dibukukan untuk kemudahan pemahamannya diusahakan penyampaiannya kepada semua Anggota.

h.   Menyampaikan kalender tahunan dalam kegiatan (Perekrutan, Ziarah dan Ujian Kenaikan Tingkat) setiap akhir tahun.

BAB IV

KEPENGURUSAN
Pasal 7
Susunan Pengurus

Susunan Pengurus Cabang PPS TSI terdiri dari :

·                     Pembina/Penasehat
·                     Ketua
·                     Sekretaris
·                     Bendahara
·                     Bendahara
·                     Guru Besar
·                     Pendekar                                                       
·                     Dewan Pelatih
·                     Humas           
·                     Bidang-bidang            :
          1.   Pengembangan Perguruan
          2.   Pembinaan Prestasi
          3.   Pembinaan Seni Budaya
          4.    Pelatih Tenaga Dalam


BAB V
DISIPLIN ORGANISASI
Pasal 8

a.   Setiap anggota PERSIGU, baik dalam kedudukan sebagai pengurus maupun bukan pengurus harus senantiasa menjaga harkat, martabat dan kehormatan PERSIGU, serta hubungan kekeluargaan diantara sesama anggota.

b.   Setiap pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat dikenakan sanksi tindakan disiplin seperti diatur dalam pasal 5 ayat (1) Point 3.

Pasal 9

a.          Setiap anggota dilarang melakukan tindakan dalam organisasi PERSIGU yang dapat menimbulkan pertentangan dan perpecahan diantara se-sama anggota PERSIGU.

b.  Setiap anggota dilarang melakukan kegiatan dan usaha yang secara langsung atau tidak langsung bertentangan dengan asas, dasar, sifat dan tujuan PPS TSI.

BAB VI
LAMBANG
Pasal 10

a.   Lambang PERSIGU adalah : Gambar Seorang pendekar dan Burung Garuda dengan Selendang Sutra, latar Gunung Biru dan Trisula dengan warna latar dominan Merah Putih,linkar kanan kiri padi dan kapas dilingkari tulisan PERGURUAN SILAT SUNAN GUNUNG JATI AL-HIKMAH dengan linkaran rantai.

b.  Warna dasar lambang adalah Merah Putih sedangkan tulisan PERGURUAN SILAT SUNAN GUNUNG JATI AL-HIKMAH adalah warna HITAM
BES BES OK.jpg
 


c.  Makna  Lambang :






1.Arti Warna Dasar :
      a. Merah Berani atinya berani berkata benarwalaupun harus mempertaruh kan darah   

      b. putih Mempunyai hati suci bebas dari rasa iri,dengki,hasut,sombong dll
      c. panduan merah dan putih lambang cinta tanah air

2.Arti Gambar  :

       a. Gunung Melambangkan kebesaran jiwa,kokoh pada pendirian,kokoh iman 
       b. Garuda  Perkasa,gagah berani, dan bercita cita tinggi serta bekerja keras
       c. Trisula, Tiga ketajaman :
                    1. Ketajaman Naluri /Firasat
                    2. Ketajaman pikiran
                    3. Ketajaman Ma"rifat

       d. Padi dan kapas Mendambakan kemakmuran
       e. Sutera  Kehalusan budi,bahasa dan rendah hati
       f. Rantai Persatuan yang kokoh
       g. gambar dua insan  menunjukan semangat untuk meraih prestasi





BAB VII

KEUANGAN
Uang Pangkal, Uang Iuran dan USAHA LAIN
Pasal 11
Uang Pangkal

a.   Uang Pangkal :
      1.   Setiap anggota baru dikenakan uang pangkal sebesar
      Rp. 50.000,- Untuk Umum dan Rp. 35.000,- untuk Pelajar.
      2.   Uang pangkal dibayar satu kali selama menjadi anggota.

Pasal 12
Uang Iuran

b.   Uang Iuran :
      1.   Setiap anggota dikenakan uang iuran yang besarnya
      ditentukan dengan jumlah minimal Rp. 20.000,- untuk
      umum dan RP. 15.000,- untuk pelajar.
      2.   Uang iuran ditarik setiap bulan.
   Uang pengisian Tenaga Dalam ditarik 20%
      4.   Pembagian hasil iuran sebagi berikut :
            a)   Setiap Gelanggang mendapat 65%
            b)   Pusat Kolat  mendapat 20%
            c)   Dana Perguruan Sebesar 15% diserahkan kpd Pengurus
                   Perguruan melalui Bendahara.
Pasal 13
Usaha Lain

c.   Usaha lain :

     1.   Setiap Gelanggang mengupayakan berbagai usaha dan
     donasi sebagai sumber dana organisasi.
     2.  Usaha dan donasi dimaksud harus bersifat halal, sukarela
     dan tidak mengikat organisasi dalam melaks kegiatannya.


BAB VIII PENUTUP
Pasal 14

a.   Dengan diberlakukannya Anggaran Rumah Tangga ini, maka segala peraturan dan ketentuan yang pernah ada dan bertentangan atau menyimpang dari Anggaran Rumah Tangga ini, dianggap tidak berlaku lagi.

b.   Hal-hal yang belum ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Pengurus PERSIGU sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa Anggaran Rumah Tangga PERSIGU.


Pasal 15

a.   Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan dalam Rapat PERSIGU yang dilaksanakan di Tg.Karimun, pada tanggal 7 Desember 2016
b.   Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di :     Karimun
Pada tanggal  :     7  Desemberember 2016
Pimpinan/Penanggung Jawab Rapat,


Pendekar

Dewan Pelatih




Kamis, 24 April 2014

PENGERTIAN FANA DALAM PENGENALAN DIRI



PENGERTIAN FANA’

Kebanyakan kitab-kitab tua seperti Kitab Syarah Hikam Ibni Athoillah As-Kandariah, Kitab Manhal-Shofi, Kitab Addurul-Nafs dan lain-lain menggunakan istilah-istilah seperti 'binasa' dan 'hapus' untuk memperihalkan tentang maksud fana. Ulama-ulama lainnya yang banyak menggabungkan beberapa disiplin ilmu lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti 'lebur', 'larut', 'tenggelam' dan 'lenyap' dalama usaha mereka untuk memperkatakan sesuatu tentang 'hal' atau 'maqam' fana ini.

 Himpunan Kata-kata Hikmat Tentang Fana

A. Sembahyang orang yang cinta (mahabbah) ialah memfanakan diri sementara sembahyang orang awam ialah rukuk dan sujud.

B. Setengah mereka yang fana (lupa diri sendiri) dalam satu tajali zat dan kekal dalam keadaan itu selama-lamanya. Mereka adalah Majzub yang hakiki.

C. Sufi itu mulanya satu titik air dan menjadi lautan. Fananya diri itu meluaskan kupayaannya. Keupayaan setitik air menjadi keupayaan lautan.

D. Dalam keadaan fana, wujud Salik yang terhad itu dikuasai oleh wujud Allah yang Mutlak. Dengan itu Salik tidak mengetahui dirinya dan benda-benda lain. Inilah peringkatWilayah(Kewalian). Perbezaan antara Wali-wali itu ialah disebabkan oleh perbezaan tempoh masa keadaan ini. Ada yang merasai keadaan fana itu satu saat, satu jam, ada yang satu hari an seterusnya. Mereka yang dalam keadaan fana seumur hidupnya digelar majzub. Mereka masuk ke dalam satu suasana dimana menjadi mutlak.

E. Kewalian ialah melihat Allah melalui Allah. Kenabian ialah melihat Allah melalui makhluk. Dalam kewalian tidak ada bayang makhluk yang wujud. Dalam kenabian makhlik masih nampak di samping memerhati Allah. Kewalaian ialah peringakat fana dan kenabian ialah peringkat baqa

F. Tidak ada pandangan yang pernah melihat Tajalinya Zat. Jika ada pun ia mencapai Tajali ini, maka ianya binasa dan fana kerana Tajali Zat melarutkan semua cermin penzohiran. Firman Allah yang bermaksud :

Sesungguhnya Allah meliputi segala-galanya.(Surah Al-Fadhilah:54)

G. Tajali bererti menunjukkan sesuatu pada diriNya dalam beberapa dan berbagai bentuk. Umpama satu biji benih menunjukkan dirinya sebgai beberapa ladang dan satu unggun api menunjukkan dirinya sebagai beberapa unggun api.

H. Wujud alam ini fana (binasa) dalam wujud Allah.Dalilnya ialah Firman Allah dalam Surah An-Nur:35 yang bermaksud;

"Cahaya atas cahaya, Allah membimbing dengan cahayanya sesiapa yang dikehendakinya." dan "Allah adalah cahaya langit dan bumi."

I. Muraqobah ialah memfanakan hamba akan afaalnya dan sifatnya dan zatnya dalam afaal Allah, sifat Allah dan zat Allah.

J. Al-Thomsu atau hilang iaitu hapus segala tanda-tanda sekelian pada sifat Allah. Maka iaitu satu bagai daripada fana.

5. Tajuk-tajuk yang berkaitan dengan Fana

Mikraj Muhammad
Alamat Sampai Kepada Maqam Yang Tinggi
4. Pesanan Dari Suluk

Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat dan thorikat belum betul lagi kedudukannya. Huruf-huruf tidak akan tertulis dengan betul jika pena tidak betul keadaannya.

Dari itu saudara-saudaraku anda seharusnya banyak menuntut dan mendalami ilmu-ilmu agama yang berkaitan dengan syariat , usuluddin dan asas tasauf untuk mendekatkan diri dengan Allah

FANA QALB

DALAM Wilayah Sughra, seseorang Murid Salik akan mengalami Istighraq yakni merasa bahwa dirinya seakan akan tenggelam dan Sukr yakni merasa mabuk cintanya terhadap Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalam Wilayah ini, hati akan terputus hubungan secara keseluruhan dengan segala sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala sama ada pada pengetahuan mahupun kecintaan terhadap sesuatu dan hatinya akan lupa secara keseluruhan terhadap sesuatu yang selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kaifiat keadaan ini dinamakan Fana Qalb.

Penyair Sufi bersyair, Key Bud Khud Za Khud Juda Mandah Man Wa Tu Raftah Wa Khuda Mandah "Seseorang yang sudah meninggalkan dirinya ke manakah haluannya?
aku dan dirimu sudah pergi dan yang tinggal hanyalah Allah.
Fana Qalb akan menghasilkan Tajjalliyat Af’aliyah Ilahiyah dalam diri Salik yakni dalam kesadaran dan khalayannya dia akan melihat bahwa segala Af’al tindakan dan perlakuan segala sesuatu yang selain Allah adalah kesan daripada Af’al tindakan dan perlakuan Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan keadaan ini akan Ghalabah menguasai dirinya.

Kemudian, segala zat dan sifat Wujud Mumkinat akan dianggapkan olehnya sebagai penzahiran Zat dan Sifat Haq Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka, pada waktu itu Salik sedang berdiri di pintu Tauhid Wujudi ataupun masyhur dengan sebutan Wahdatul Wujud yakni menganggap bahwa segala tindakan yang wujud pada Mumkinat itu adalah merupakan ombak dari tindakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Zat yang Wajibul Wujud.

Shah ‘Abdullah Ghulam ‘Ali Dehlawi Rahmatullah ‘alaih menyatakan bahwa Fana terbagi empat keadaan seperti berikut:
1. Fana Khalaq - Segala pengharapan Murid dan rasa ketakutannya terhadap selain Allah akan menjadi lenyap.
2. Fana Hawa - Hati Murid hanya berkendakkan Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan merasa tidak berkehendak kepada segala sesuatu yang selain Allah.
3. Fana Iradah - Segala keinginan dalam hati Murid menjadi tiada, seumpama orang yang mati.
4. Fana Fi’il - Murid mengalami Fana dalam perbuatan dan perlakuan, maka segala penglihatannya, pendengarannya, percakapannya, makan dan minumnya, berjalannya dan berfikirnya dia akan merasakan bahwa segalanya itu adalah merupakan perbuatan dan perlakuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata-mata.

Dalam sebuah Hadits Qudsi ada dinyatakan bahwa apabila seseorang hamba berusaha mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerusi amalan Nawafil sehingga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai kekasihNya, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi pendengarannya yang dia dapat mendengar denganNya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi penglihatannya yang dia dapat melihat denganNya dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi tangannya yang dia dapat memegang denganNya dan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala akan menjadi kakinya yang dia dapat berjalan denganNya.

HAQIQAT FANA

Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih telah menyatakan di dalam
kitabnya Ma’arif Laduniyyah pada Makrifat 26 berkenaan Fana dan Latifah sebagai berikut:
“Fana berarti melupakan semua perkara kecuali Allah Ta’ala. Setiap satu dari kelima-lima Latifah dalam Alam Amar terkandung bayangan gambaran dan takluk keasyikan di dalam tubuh badan manusia. Kelima-lima Latifah itu telah diberikan nama sebagai Qalb, Ruh, Sirr, Khafi dan Akhfa. Kebanyakan Aulia Allah tidak dapat membedakannya di antara satu dengan yang lain lalu menggelarkan kesemuanya
sebagai Ruh. Apabila dimaksudkan Ruh, maka kelima-lima hal ini juga turut difahami.
Ruh iaitu suatu Latifah, sudah pun mengenali Allah Ta’ala sebelum ia digabungkan dengan tubuh badan jasmani. Ia memiliki sedikit keinginan, pengetahuan dan cinta
terhadap Allah Ta’ala. Ia telah diberikan tenaga dan kemampuan untuk mencapai ketinggian dan terpuji. Akan tetapi ia tidak akan dapat mencapai kecemerlangan selagi ia tidak bergabung dengan tubuh badan jasmani.
Untuk maju dan cemerlang, ia perlu disatukan dengan tubuh badan. Untuk maksud ini, pada mulanya Ruh telah diberikan takluk keasyikan terhadap tubuh badan.
Kemudian, ia telah diberikan kebenaran untuk menuju ke tubuh badan lalu ia tercampak ke tubuh badan. Dengan keadaannya yang halus dan suci, ia tenggelam ke dalam tubuh badan manusia. Ia menjadi tidak dikenali, tidak dikenali oleh tubuh badan. Ia lupa tentang dirinya. Ia terus menyangka dirinya adalah tubuh badan. Ia kehilangan dirinya di dalam tubuh badan. Karena itulah kebanyakan manusia menyangka diri mereka sebagai hanya tubuh badan. Tidak menyedari tentang kewujudan Ruh, mereka menafikannya.
Allah Ta’ala dengan sifatNya Yang Maha Mengasihani telah menghantar pesanan kepada manusia iaitu Ruh, menerusi Para Nabi dan Rasul ‘Alaihimussolatu Wassalam.Dia mengajak mereka kepada DiriNya. Dia melarang mereka dari bergantung kepada tubuh badan yang gelap ini. Seseorang yang yang telah ditetapkan untuk memperolehi kebaikan yang kekal akan mentaati perintahperintah
Allah dan meninggalkan pergantungannya terhadap tubuh badan. Dia mengucapkan kesejahteraan kepadanya dan ia akan terus kembali ke atas pada tahap ketinggiannya yang sebenar.
Cintanya terhadap asal-usulnya yang pernah dirasakannya sebelum bergabung dengan tubuh badan meningkat secara peringkat demi peringkat. Cintanya
terhadap benda yang bersifat sementara makin berkurangan. Apabila dia melupakan keseluruhan tentang tubuh badan jasmaninya yang gelap, yang mana tiada lagi rasa asyik dan cinta yang tinggal, maka dia sudah mencapai fana tubuh badan.

Selanjutnya, dia perlu melepas satu dari dua langkah asas pada jalan Tasawwuf iaitu Fana dan Baqa. kemudian jika Allah menghendaki dan merahmatinya, dia
akan mencapai peningkatan Ruhaniah lalu terus melupakan tentang dirinya. Apabila ketidak sadaran ini meningkat, dia akan langsung melupakan terus tentang dirinya. Dia tidak akan lagi mengenali sesuatu apapun selain dari Allah Ta’ala.

Seterusnya dia akan mencapai Fana Ruh yang mana seterusnya dia perlu bergerak meneruskan langkahnya yang kedua. Ruh datang ke dunia ini dengan keinginan untuk mencapai Fana yang kedua ini. Ianya tidak akan dapat dicapai tanpa datang ke dunia ini. Jika Latifah Qalb melepasi kedua-dua langkah ini bersama-sama Ruh, ia akan mencapai Fananya sendiri bersama-sama dengan Ruh. Jika Nafs
menyertai Qalb dengan cara ini, ia juga akan disucikan, iaitu ia juga akan mancapai Fananya. Tetapi apabila Nafs telah mencapai tahap Qalb, jika ia tetap berada di situ tanpa berusaha mencapai peningkatan dan melepasi kedua-dua langkah ini, ia tidak akan dapat mencapai tahap ketidaksadaran. Ia tidak akan menjadi Mutmainnah atau jiwa yang tenang.
Seseorang yang telah mencapai Fana Ruh mungkin tidak mencapai Fana Qalb. Ruh ibarat bapa kepada Qalb dan Nafs pula ibarat ibu kepada Qalb. Jika Qalb mempunyai keinginan terhadap Ruh sebagai bapanya dan memalingkan dirinya dari Nafs sebagai ibunya dan jika keinginan ini bertambah kuat dan menarik Qalb ke arah bapanya, maka ia bakal mencapai darjatnya. Ianya adalah dengan melepasi
kedua-dua langkah ini. Apabila Qalb dan Ruh mencapai Fana, Nafs tidak semestinya turut mencapai Fana.
Jika Nafs mempunyai keasyikan dan keinginan terhadap anaknya, dan jika keinginan ini semakin bertambah dan membuatkannya semakin dekat dengan anaknya yang telah mencapai darjat bapanya, maka ibunya juga akan menjadi seperti mereka. Keadaan yang sama juga berlaku untuk mencapai Fana pada Latifah Sirr, Khafi dan Akhfa. Segala ingatan dan fikiran yang telah dipadamkan
dan dilenyapkan dari Qalb hatinya menunjukkan kebenaran bahwa Ia telah melupakan segala perkara yang lain selain Allah Ta’ala. Tidak ada daya upaya untuk mengingat sesuatu apa pun bermakna bahwa pengetahuan dan segala sesuatu
telah lenyap. Di dalam Fana, ilmu pengetahuan juga perlu dilenyapkan.”
Masyaikh berkata,
‘Ilm Sufi ‘Ain Zat Haq Bud,
‘Ilm Haq U Khud Sifat Haq Bud.
‘Ilm Haq Dar ‘Ilm Sufi Gum Syawad,
In Sukhn Key Bawar Mardam Syawad.

Ilmu Sufi adalah mata air Ilmu Zat Yang Haq,
Ilmu Haq pada mereka adalah sifat yang Haq.
Ilmu Haq dalam Ilmu Sufi telah lenyap,
Kebenaran perkataan ini ada dalam hati lelaki Sufi.

FANA FI SYEIKH

APABILA Zikir Rabitah ghalib ke atas seorang Murid yakni dirinya sudah tenggelam dengan Zikir Rabitah, maka dia akan melihat wajah Syeikhnya pada segala sesuatu dan keadaan ini dinamakan sebagai Fana Fi Syeikh.
Di dalam kitabHidayatut Talibin bahwa keadaan warid seperti ini juga
berlaku ke atas diri ketika mula-mula melakukan Zikir Rabitah sehinggakan beliau mendapati bahwa dari ‘Arash sehingga ke tanah dipenuhi dengan wajah
Syeikhnya dan beliau melihat bahwa setiap pergerakan maupun diamnya adalah pergerakan dan diam Syeikhnya. Ketahuilah bahwa jalan Rabitah merupakan jalan yang paling dekat dari sekelian jalan. Banyak masalah ajaib dan sulait akan terzahir menerusi jalan ini.

Syaikh Muhammad Ma’sum Rahmatullah ‘alaih telah berkata bahwa,
“Zikir semata-mata tanpa Rabitah dan tanpa Fana Fi Syeikh tidak akan dapat menyampaikan kepada maksud dan Rabitah semata-mata dengan mengamati Adab Suhbah adalah mencukupi.”
Seseorang yang telah tenggelam dalam Fana Fi Syeikh akan sentiasa merasakan bahwa Syeikhnya sentiasa ada dalam dirinya, dalam setiap pergerakan dan perkataannya. Yang diingatnya hanyalah Syeikhnya dan ini hanya akan terhasil dengan sempurna apabila ianya disertai dengan Mahabbah iaitu Cinta dan Kasih Sayang yang terhasil dari Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Fana Fi Syeikh berarti meletakkan segala urusan perjalanan Keruhaniannya pada tangan Syeikhnya dan bersedia menurut segala anjuran, teguran, nasihat dan tunjuk ajar dari Syeikhnya. Fana Fi Syeikh akan membawa seseorang Murid itu ke arah ketaatan
terhadap Syeikh yang dianggap sebagai pemimpin dan pembimbing Ruhani bagi Murid.
Menurut Syeikh Ahmad Faruqi Sirhindi Rahmatullah ‘alaih, apabila kelima-lima
Lataif Alam Amar telah disucikan dengan sempurna, Lataif Alam Khalaq juga dengan sendirinya akan disucikan, kemudian dia akan memahami hakikat Daerah Imkan. Untuk mencapai maqam ini, seseorang itu perlulah mancapai Fana Fi Syeikh. Ini akan mengangkat hijabnya terhadap kefahaman tentang Daerah Imkan. Seseorang Murid yang Salik menuju Allah Subhanahu Wa Ta’ala perlu
kembali kepada Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Ruh kita terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Untuk
kembali kepada Ruh Baginda Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, seseorang Murid itu perlu mengenali Ruh Baginda Nabi Muhammad
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menerusi pimpinan dan bimbingan seorang Syeikh yang akan memberikannya beberapa petunjuk untuk menuju Allah Subhanahu
Wa Ta’ala dan Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Syeikh adalah Ulul Amri yang memelihara urusan Keruhanian Murid. Mentaati Syeikh bererti mentaati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan ketaatan kepada Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bererti kita mentaati Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Murid yang Fana Fi syeikhnya sempurna, maka Syeikhnya hendaklah membimbingnya kepada Syari’at, Tariqat, Ma’rifat dan
Haqiqat Muhammadiyah sehingga Murid yang Salik itu tenggelam dalam lautan Fana Fi Rasul. Para Masyaikh menyatakan bahwa Fana Fi Syeikh adalah Muqaddimah bagi Fana Fi Rasul dan Fana Fillah. Setelah mencapai Fana Fi Syeikh, Murid perlu menuju Fana Fi Masyaikh terlebih dahulu dan seterusnya Fana Fi Rasul.

FANA FI MASYAIKH

FANA Fi Masyaikh bererti seseorang Murid yang sudah mulai patuh pada Syeikhnya, maka hendaklah dia turut mematuhi sekelian Para Masyaikh dalam Silsilah karana segala limpahan Ruhaniah dan Faidhz adalah datang menerusi pertalian Batin mereka yang kukuh sehinggalah kepada Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang menuruti kehidupan Zahir dan Batin Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Mengasihi mereka bererti mengasihi Baginda Nabi
Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam karena Para Masyaikh adalah Para ‘Alim ‘Ulama dan mereka adalah Pewaris Nabi sehingga ke hari Qiyamat.
Para Masyaikh adalah orang-orang yang terdahulu menjalani kehidupan Tariqat Tasawwuf dan jasad mereka telah Fana manakala Ruh mereka kekal Baqa di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Mereka adalah orang yang hidup dan matinya berada atas jalan Allah, berjuang untuk menegakkan Kalimah Allah yang Agung. Fana Fi Masyaikh adalah pintupintu jalan untuk menuju Fana Fi Rasul. Wallahu A’lam, Wa‘Ilmuhu Atam.

FANA FI RASUL
FANA Fi Rasul bererti seseorang Murid yang tenggelam dalam Haqiqat Muhammadiyah setelah dia menyAdari bahwa Syeikhnya dan Para Masyaikhnya adalah bayangan kepada Ruh Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mana sekelian Ruh Mukmin bersumber darinya. Seseorang Murid akan mengalami rasa Cinta dan Kasih Sayang yang hebat terhadap Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam sehingga dia berusaha membawa kehidupannya selaras dengan kehendak kalimah:
MUHAMMADUR RASULULLAH.
Syeikh hendaklah membimbing Muridnya kepada Amalan Sunnah Nabawiyah yang Zahir mahupun yang Batin. Tiada satupun amalan yang kecil di dalam Sunnah
Nabawiyah bahkan kesemuanya adalah amat besar di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seseorang Mukmin tidak akan mencapai derajat Iman yang sempurna sehinggalah segala Hawa dan Nafsunya tunduk sepenuhnya kepada Agama dan
Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam juga adalah Insan dan manusia biasa seperti kita yang memiliki Hawa dan Nafsu, namun Ruhnya telah disucikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Hawa Nafsunya juga telah ditarbiyah dan disucikan untuk menuruti kemauan Ruh. Ruh Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah terbit dari Ruh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hubungan di antara keduanya amat rapat sehingga segala kecintaan dalam hati Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam hanyalah tertumpu kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Ruh orang-orang yang beriman dengan Allah adalah terbit dari Ruh Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mereka hendaklah kembali kepada fitrah mereka yang asal iaitu fitrah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjadi sumber petunjuk bagi orang-orang beriman untuk menuju kepada Allah. Orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala hendaklah mencintai Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam lebih daripada apa yang mereka cintai untuk diri mereka, ibu bapa mereka dan kaum keluarga mereka sendiri.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 31 yang bermaksud,“Katakanlah: Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka turutilah aku (Muhammad Rasulullah Sallallahu‘Alaihi Wasallam), nescaya Allah akan mencintai kamu dan Dia akan mengampuni dosa-dosa kamu, dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Untuk mencapai Fana Fi Rasul, Salik perlu menanamkan dalam dirinya tentang kemuliaan, kehebatan dan keagungan Sunnah Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam serta sentiasa beramal dengannya. Kemuliaan Para Sahabat Radhiyallahu ‘Anhum adalah terhasil menerusi ketaatan mereka terhadap
Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dan kecintaan mereka untuk menuruti segala Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah
Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Maka itulah, Para Masyaikh menyuruh sekalian para pengikut mereka agar sentiasa berpegang teguh dengan amalan Sunnah Baginda Nabi Muhammad Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada setiap masa dan keadaan. Semoga Allah memberikan kita Taufiq. Amin.

FANA FILLAH

FANA Fillah adalah suatu hal keadaan di mana Murid yang Salik itu merasa kehilangan dirinya dalam menyaksikan Musyahadah Keagungan dan Kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerusi Tajalli yang dilimpahkan oleh Allah

Subhanahu Wa Ta’ala ke dalam hatinya. Ianya terhasil menerusi Zikir kalimah Ismu Zat dan Nafi Itsbat yang banyak. Pintu hati tidak akan terbuka tanpa Zikir yang
banyak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan melimpahkan Tajalli Nama ZatNya bagi memperkenalkan Sifat-SifatNya dan Af’al perlakuan serta tindakanNya. Seseorang Salik yang baru mencapai Fana Fillah akan mengalami Ghalabah atau disebut keadaan Bey Khudi yakni merasakan bahwa dirinya telah hilang, berkeadaan tidak
tentu arah seolah-olah menggelabah dalam perasaannya. Sukar baginya mengungkapkan segala rahsia-rahsia Ketuhanan yang diperlihatkan secara Musyahadah di dalam hatinya. Dia akan merasai tenggelam dalam lautan Rahmat
dan Kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apabila terhasilnya Kaifiat ketika berzikir maka hendaklah memeliharanya, dan jika Kaifiat tersebut ghaib maka
hendaklah teruskan berzikir sehingga Kaifiat kembali terhasil dan rasa kehadiran menjadi semakin teguh. Apabila Murid mencapai Jazbah Qabuliyat yakni tarikan penerimaan dari Allah Ta’ala, maka dia akan merasakan limpahan Faidhz dan hembusan Rahmaniyah dari Tuhan Yang Maha Pemurah melimpahi dirinya.

Kadang-kadang Faidhz akan terlimpah ke dalam hati secara tiba-tiba dan terhasilnya Warid pada hati, lalu menjadikannya dalam keadaan tidak tentu arah. Maka apabila kaifiat yang sedemikan itu berlaku secara berterusan, seseorang Murid itu hendaklah mengharap dan memohonpenghasilan Fana dan kesenantiasaan merasai kehadiran bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Fana Fillah juga diertikan sebagai Fana Fi Zat yang bermakna seseorang Salik itu tenggelam dalam lautan
kehadiran Zat yang meliputi segala sesuatu. Apabila seseorang itu tenggelam dalam lautan Zat yang menguasai dan meliputi segala sesuatu, maka pandangannya tidak akan melihat sesuatu yang lain selain ZatNya yang Maha Berkuasa dan kekuasaanNya meliputi setiap benda dan segala sesuatu yang ada di langit, di bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi. Sesungguhnya Allah adalah Al-Latif yang Maha Halus dan Dialah Al-Muhit yang kewujudanNya dan kekuasaanNya meliputi segala sesuatu.

Sewaktu seseorang itu sedang tenggelam dalam lautan Fana Fi Zat ini, dia akan mengalami suatu perasaan bahwa dirinya juga bukanlah satu wujud yang bersifat hakiki bahkan tidak wujud sama sekali. Yang difahami olehnya hanyalah Wujud Allah yang mana kewujudanNya adalah wajib dan Haq, tidak dapat disangkal sama sekali. Dia akan melihat bahwa segala kejadian ciptaan, hal peristiwa dan
keadaan, perbuatan serta tindakan itu hanya dapat berlaku dengan kehendak dan izin dari Allah Tuhan Semesta Alam. Maka dia akan merasai bahwa Wujud Haqiqi hanyalah satu iaitu Zat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan inilah permulaan hal Tauhid Wujudi atau digelar Wahdatul Wujud.

Mendawamkan Zikir Ismu Zat yang banyak akan membawa Salik mencapai Fana pada Qalbnya dan dia akan mengalami suatu Jazbah untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Qalbnya akan mula memberi tumpuan Tawajjuh kepada limpahan Faidhz dari sisi yang diatas ‘Arash.
Seterusnya dia akan mengalami Jam’iyat dan Hudhur yang mana segala lintasan pada hati dan fikiran menjadi semakin berkurangan dan mungkin lenyap sama sekali. Keadaan ini apabila berterusan akan menghasilkan Warid pada diri Salik yang mana dia akan mengalami perasaan sukar dan tiada terdaya untuk menerima sesuatu Hal dalam hatinya, dengan merasakan ketiadaan wujud pada dirinya. Pada peringkat awal pencapaian Fana, keadaan ini berlaku sekali-sekali bahkan mungkin sebulan sekali. Seseorang yang banyak berzikir mungkin akan sering mengalaminya seperti seminggu sekali atau bahkan mungkin pada setiap hari dan mungkin berkali-kali menerima Warid yang sedemikian dalam sehari. Segalanya ini berlaku dengan Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Para Masyaikh berkata bahwa,
“Tasawwuf secara keseluruhannya adalah Adab, dan barangsiapa yang biadab dengan tidak memelihara Adab tidak akan dapat mencapai Tuhan.”
Para Akabirin Naqshbandiyah berkata, Man Dhzayya’ar Rabbal Adna,
Lam Yasil Ilar Rabbil A’la. Barangsiapa yang mensia-siakan Pentarbiyah yang rendah (SyeikhMurshid), Dia sekali-kali tidak akan sampai kepada Pentarbiyah Yang Maha Tinggi (Allah Ta’ala).
Fana Fillah bererti melupakan semua masalah kecuali Allah Ta’ala. Apabila dia melupakan keseluruhan tentang tubuh badan jasmaninya yang gelap, yang mana tiada lagi rasa asyik dan cinta yang tinggal, maka dia sudah mencapai fana tubuh badan. Seterusnya, dia perlu melepasi satu daripada dua langkah asas pada jalan Tasawwuf iaitu Fana Qalb. Seterusnya dia akan mencapai Fana Ruh yang mana
seterusnya dia perlu bergerak meneruskan langkahnya yang kedua. Seseorang yang telah mencapai Fana Ruh mungkin tidak mencapai Fana Qalb. Apabila Qalb dan Ruh mencapai Fana, Nafs tidak semestinya turut mencapai Fana. Keadaan yang sama juga berlaku untuk mencapai Fana pada Latifah Sirr, Khafi dan Akhfa. Segala ingatan dan fikiran yang telah dipadamkan dan dilenyapkan dari Qalb menunjukkan kebenaran bahwa Ia telah melupakan segala perkara yang lain selain Allah Ta’ala. Tidak ada daya upaya untuk mengingat sesuatu apa pun bermakna bahwa pengetahuan dan segala sesuatu telah lenyap. Di dalam Fana, ilmu pengetahuan juga perlu dilenyapkan.

Menurut pandangan Syamsir Bin Rasyidi "Dalam hal fana kita dituntut untuk belajar apa yang kita rasakan didalam kehidupan sehari-hari karena ini sangatlah berat untuk mencapai kefanaan yang kita inginkan apabila kita tidak menyadarinya, sebelum jauh kita mempelajari tentang fana terlebih dahulu kita harus memperbaiki adab,budi pekerti,ahlak dan kesabaran dalam menghadapi segala hal yang ada dihadapan kita sehingga menimbulkan kesabaran yang hakiki dan tercapainya keiklasan barulah kita memasuki apa yang dinamakan fana, karena kita sudah tidak merasakan apa yang terjadi pada tubuh kita melainkan Af'al Allah jua adanya.dengan demikian kita harus memperbaiki syareat sebagaimana mestinya., 

TANDA TANDA FANA BADAN/TUBUH
1.Tidak merasakan lelah
2.Tidak merasakan ngantuk
3.Tidak merasakan lapar
4.tidak terbebani dengan masalah yang dihadapi
5.lilah jika mendapatkan musibah 

Untuk mencapai fana kita harus membiasakan zikrullah otak/pikiran,pendengaran,penglihatan,ucapan serta gerak dalam tubuh kita, karena semua itu adalah kodrat iradad Allah jua adanya, dan untuk pencapaian fana sangatlah ditubtut untuk mengenal diri terlebih dahulu sebagaimana hadist "  Barang siapa mengenal akan dirinya maka kenalhah akan tuhannya "

  Permulaan Ilmu Tauhid
Mabadi ( Permulaan ) Ilmu Tauhid
Perkataan ' Mabadi ' itu bahasa Arab jama' daripada perkataan mabda' Bererti : Punca , mula terbit . Maksudnya keterangan yang ringkas atau tujuan sesuatu ilmu sebelum membaca atau belajar ilmu itu. Disebut juga Pembukaan sesuatu ilmu. Adalah Mabadi ilmu tauhid itu sepuluh perkara :
1) Nama ilmu ini :
Iaitu dinamakan Ilmu Tauhid , Ilmu Kalam , Ilmu Usuluddin, Ilmu 'Aqaid, Ilmu sifat dan Al-Iman.

2) Tempat ambilannya :
Iaitu diterbitkan daripada Al-Quraan dan Al-Hadith.

3) Kandungannya :
Iaitu mengandungi pengetahuan dari hal membahaskan ketetapan pegangan, kepercayaan kepada Allahdan kepada rasul-rasulnya daripada beberapa simpulan atau ikatan kepercayaan dengan segala dalil-dalil supaya diperolehi I'ktikad yang yakin, kepercayaan yang putus yang mana ia akan menaikkan perasaan bekerja dan beramal menurut bagaimana kepercayaan tersebut.

4) Tempat bahasannya ( Maudhu'nya )kepada empat tempat :
Pertama : Pada zat Allah Ta'ala dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padaNya.
Kedua : Pada zat Rasul-rasul dari segi sifat-sifat yang wajib bagiNya, Sifat-sifat yang mustahil atasNya dan sifat yang harus padanya.
Ketiga : Pada segala kejadian dari segi jirim-jirim dan aradh-aradh yang mana menjadi dalil dan bukti atas wujud yang menjadikannya.
Keempat : Pada segala pegangan dan kepercayaan dengan kenyataan yang didengar daripada perkhabaran Rasulullah seperti hal-hal perkara ghaib contohnya arash , syurga , mahsyar ,neraka dan lain-lain tentang hari Qiamat.
5) Faedah Ilmu Tauhid :
Iaitu dapat mengenal Allah s.w.t. dan percayakan rasul serta mendapat kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat yang kekal.

6) Nisbah ilmu Tauhid dengan ilmu-ilmu yang lain :
Ilmu yang merangkumi ilmu asas di dalam ajaran Islam dan yang paling utama sekali.

7) Yang menghantarkan :
Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi. Dan orang yang pertama menerima ilmu Tauhid daripada Allah Ta'ala ialah nabi Adam a.s. dan yang akhir sekali ialah Saidina Muhammad s.a.w.

8) Hukumnya :
Iaitu fardhu A'in atas tiap-tiap orang mukallaf lelaki atau perempuan mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t. dengan cara ijmal ( ringkas ) dan dengan cara tafsil ( huraian atau satu persatu ) berserta dengan dalil ijmal . Adapun mengetahui dalil tafsil itu fardhu kifayah .

9) Kelebihannya :
Iaitu semulia-mulia dan setinggi-tinggi ilmu daripada ilmu-ilmu yang lain kerana menurut hadith Nabi Muhammad s.a.w. yang bermaksud :
" Sesungguhnya Allah s.w.t. tidak memfardhukan sesuatu yang terlebih afdhal daripada mengEsakan Allah dan ada sesuatu itu terlebih afdhal daripadanya ,nescaya tetaplah telah difardhukan ke atas MalaikatNya padahal setengah daripada Malaikat-malaikat itu ada yang rukuk selama-lamanya dan setengahnya ada yang sujud selama-lamanya."
( Riwayat Hakim )

10) Kesudahan ilmu ini :
Iaitu dapat membezakan di antara 'aqaid dan kepercayaan yang sah dengan yang batil.
 Hukum 'Aqal
Sesungguhnya setiap orang yang hendak mengenal Allah s.w.t. dan mengetahui sifat-sifatnya , maka wajiblah lebih dahulu ia mengetahui akan hukum 'aqal dan bahagiannya.
Pengertian Hukum 'Aqal :
Hukum ialah menetapkan suatu perkara kepada suatu perkara yang lain atau menafikan suatu perkara daripada perkara yang lain dengan tidak berkehendak kepada dicuba pada menetapkan sesuatu perkara itu ( Adat ) dan tidak tergantung kepada sesuatu perbuatan yang diperbuat oleh mukallaf ( bersalahan dengan hukum Syari'e ).
Pengertian 'Aqal :
Adalah 'Aqal itu satu sifat yang dijadikan Allah s.w.t. pada manusia sehingga dengan itu manusia berbeza dengan haiwan. Maka dengannya boleh menerima ilmu Nazhariyyah ( Ilmu yang berkehendakkan berfikir ) dan boleh mentadbirkan segala pekerjaan dengan fikiran yang halus dan daripadanya tempat lahirnya berbagai-bagai manafaat dan kebahagiaan kepada manusia.
Dan aqal itu berhajat kepada undang-undang Syarak dan undang-undang Syarak juga tidak boleh berjalan mengikut yang dikehendaki melainkan berhajat kepada 'aqal. Dan di antara keduanya berhajat antara satu dengan yang lain ( ' Aqal berhajat kepada Syarak dan Syara' berhajat kepada 'Aqal ) .
Bahagian Hukum 'Aqal :
Adalah hukum 'aqal itu terbahagi kepada tiga :
1) Wajib 'Aqli iaitu perkara yang tiada diterima 'aqal akan tiadanya, hakikatnya mesti menerima ada.Yang demikian wajib bagi Allah s.w.t. bersifat qidam maka maksudnya ialah mesti ada Allah s.w.t bersifat qidam.
2) Mustahil 'Aqli iaitu perkara yang tidak diterima 'aqal akan adanya , hakikatnya mesti tiada . Yang demikian mustahil Allah s.w.t. bersifat baharu maka maksudnya tidak sekali-kali Allah s.w.t. itu bersifat baharu.
3) Harus 'Aqli iaitu perkara yang diterima 'aqal adanya dan tiadanya, maka hakikatnya boleh menerima ada dan tiada seperti keadaan seseorang itu adakalanya boleh bergerak atau diam.
Bahagian Wajib 'Aqli :
Adalah wajib 'aqli terbahagi dua :
1) Wajib 'aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu itu tetap adanya dengan tiada berkehendak kepada bahasan dan kenyataan seperti menghukumkan satu itu tetap separuh daripada dua .
2) Wajib 'aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap adanya dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatang- kan dalil-dalil atas ketetapan hukumnya itu seperti menghukumkan wajib adanya Allah s.w.t. yang menjadikan alam ini berserta dengan bahasan dan dalil-dalilnya.
Bahagian Mustahil 'Aqli :
Adalah Mustahil 'Aqli terbahagi dua :
1) Mustahil 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Berkehendak kepada bahasan dan mendirikan dalil seperti contoh menghukumkan tiada terima ;aqal satu itu separuh daripada tiga.
2) Mustahil 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan suatu itu tetap tiada Dengan berkehendak kepada fikiran dan bahasan serta mendatangkan dalil-dalil atas ketetapan hukumannya itu seperti menghukumkan tiada terima 'aqal ada yang mensyirik bagi Allah s.w.t. maka dengan itu 'aqal menghukumkan mustahil ada syirik bagi Allah s.w.t itu melainkan dengan diadakan bahasan dengan mendatangkan dalil.
Bahagian Harus 'Aqli :
Adalah Harus A'qli itu terbahagi dua :
1) Harus 'Aqli Dharuri - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh terima ada dan tiada dengan tidak berkehendakkan bahasan dan mendatangkan dalil seperti menghukumkan keadaan seseorang itu adakalanya ia bergerak atau diam .
2) Harus 'Aqli Nazhari - Iaitu menghukumkan sesuatu boleh dijadikan atau tiada boleh dengan berkehendak kepada bahasan dan mendatangkan dalil-dalil seperti contoh memberikan ganjaran pahala kepada orang yang tidak beramal , maka 'aqal menghukumkan hal itu adalah harus melainkan dengan diadakan bahasan dan dalil-dalil yang menunjukkan harus pada Allah s.w.t. memberikan seperti itu .



Mengenal Allah S.W.T.
1. Mengenal Allah s.w.t adalah fardhu Ain atas tiap-tiap mukallaf dengan mengetahui namaNya dan sifat-sifatNya yang bertepatan dengan syarak yang berlandaskan ajaran para Nabi dan Rasul.
2. Nama-nama Allah s.w.t (Al-Asma ‘ul-Husna) dan sifat-sifat yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Nama Allah s.w.t yang lebih masyhur di antara segala nama-namaNya ialah Allah, disebut lafaz Al-Jalalah (Lafaz yang Maha Besar) dan yang lain daripada ini diketahui melalui Al-Quran dan Al-Hadith. Semuanya sentiasa menjadi sebutan umat Islam contohnya Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Quddus, As-Salam, Al-Mukmin.
3. Sifat-sifat yang diketahui oleh mukallaf terbahagi kepada dua bahagian :-

1) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan Ijmali (Ringkas) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus (jazam) bahawa wajib bagi Allah s.w.t bersifat dengan sifat-sifat kesempurnaan yang layak dengan keadaan ketuhanan dan mustahil atasNya bersifat dengan apa-apa jua sifat kekurangan.

2) Mengetahui sifat-sifat Allah s.w.t dengan jalan tafsili (satu persatu) iaitu bahawa beriktiqad dan berpegang oleh seseorang dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli (dengan akal) dan dalil naqli (dengan Al-Quran dan Hadith) bahawa wajib dan beriktiqad dengan iktiqad yang putus dengan dalil aqli dan naqli. Maka mustahil atas Allah s.w.t bersifat dengan segala lawan sifatyang wajib tersebut.
4. Mengenal Allah s.w.t wajib melalui tiga perkara :-
1) Iktiqad yang putus (jazam) iaitu tiada syak, dzan dan waham. Jika iktiqadnya ada salah satu daripada tiga tadi maka tidak dinamakan mengenal Allah s.w.t.

2) Muafakat (bersetuju) iktiqad itu dengan yang sebenar (bertepatan dengan iktiqad Ahli Sunnah Wal-Jamaah), maka tidak dinamakan mengenal jika iktiqad tidak bertepatan dengan yang sebenar (Ahli Sunnah Wal-Jamaah) seperti iktiqad orang Nasrani dan Yahudi.

3) Dengan dalil sekalipun dengan dalil ijmali, jika iktiqadnya putus (jazam) serta bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah tetapi jika tidak dengan dalil maka dinamakan taqlid.
5. Iktiqad yang tidak terputus atau tidak bertepatan dengan Ahli Sunnah Wal-Jamaah, maka para ulama membuat persetujuan bahawa menghukum orang itu kafir. Dan bagi iktiqad orang bertaqlid itu timbul perselisihan ulama padanya. Mengikut qaul yang muktamad orang yang bertaqlid itu tidak dihukumkan kafir jika taqlidnya putus dengan dihukum mukmin yang menderhaka (jika ia belajar maka tidak dihukumkan mukmin yang derhaka).
6. Makna taqlid ialah menerima perkataan orang lain dengan tidak mengetahui dalil dan keterangan.
7. Taqlid terbahagi kepada dua bahagian :-
1) Taqlid Jazam (putus)
- Iktiqad yang teguh dan tidak akan berubah walaupun orang yang diikuti itu berubah. Maka taqlid ini di sisi Ahli Sunnah Wal-Jamaah sah imannya kerana ada mempunyai iktiqad yang jazam (putus).

2) Taqlid yang tidak Jazam (Tidak Putus)
- Menerima perkataan orang lain dengan tidak teguh sekiranya orang yang diikuti seperti guru-gurunya, ibubapanya atau lainya. Iktiqad mereka berubah-ubah mangikut orang yang diikutinya. Maka taqlid ini dihukumkan tidak sah imannya kerana serupa imannya dengan syak,zhan atau waham(tiada putus).


8. Kesimpulannya iman orang yang bertaqlid sentiasa di dalam bahaya atau bimbang dan tergantung kebenarannya atas orang yang diikutinya. Jika benar perjalanan orang yang diikutinya seperti guru-gurunya maka mengikutnya selamat, tetapi jika sebaliknya binasalah mereka.

9. Hendaklah seseorang itu bersungguh-sungguh menuntut Ilmu Tauhid yang sahih supaya terlepas ia daripada syak dan waham dalam iman kerana di akhir zaman ini terdapat ramai ahli-ahli bida’ah.
10. Taqlid itu membawa mudharat kerana jalan membawa kepada sesat yang amat hina yang tiada layak pada seseorang manusia.

Wujud : Ertinya Ada
Iaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta'ala yang tiada disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a'in maujud dan bukan lain daripada a'in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah ( yang menepati antara ada dengan tiada) .
Tetapi pada pendapat Imam Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu 'ain Al-maujud , kerana wujud itu zat maujud kerana tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan bahawa wujudnya Allah s.w.t. bukan sahaja di sisi agama Islam tetapi semua kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Dan jika kamu tanya orang-orang kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka itu Allah yang menjadikan……………"
( Surah Luqman : Ayat 25 )


2. Qidam : Ertinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah s.w.t kerana Allah s.w.t. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika sekiranya Allah Ta'ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu, maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah s.w.t. bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu perkataan yang sama maknanya dengan Qadim iaitu Azali. Setengah ulama menyatakan bahawa kedua-dua perkataan ini sama maknanya iaitu sesuatu yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, iaitu tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah kepada nama terbahagi kepada empat bahagian :

1 ) Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta'ala )
2 ) Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta'ala )
3 ) Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
4 ) Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )

Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta'ala.


3. Baqa' : Ertinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah s.w.t . Pada hakikatnya ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta'ala. Adapun yang lain daripada Allah Ta'ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam, Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ).
Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta'ala pada mengekalkannya. Segala jisim semuanya binasa melainkan 'ajbu Az-zanabi ( tulang kecil seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan kesudahan itu terbahagi kepada tiga bahagian :
1) Tiada permulaan dan tiada kesudahan iaitu zat dan sifat Alllah s.w.t.
2) Ada permulaan tetapi tiada kesudahan iaitu seperti Arash , Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
3) Ada permulaan dan ada kesudahan iaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).


4. Mukhalafatuhu Ta'ala Lilhawadith. Ertinya : Bersalahan Allah Ta'ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telah
ada atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta'ala menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
Sesungguhnya zat Allah Ta'ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada ber-
tempat dan tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta'ala itu tiada bersamaan dengan sifat yang baharu kerana sifat Allah Ta'ala itu qadim lagi azali dan melengkapi ta'aluqnya. Sifat Sama' ( Maha Mendengar ) bagi Allah Ta'ala berta'aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi mendengar pada makhluk hanya pada suara sahaja. Sesungguhnya di dalam Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah s.w.t. , maka perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang layak dengan Allah Ta'ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci Allah Ta'ala bersifat
dengan segala sifat yang baharu.


5. Qiamuhu Ta'ala Binafsihi : Ertinya : Berdiri Allah Ta'ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak
berkehendak kepada yang menjadikannya
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan Allah s.w.t. berkehendak
kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya.
Allah s.w.t itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu sama ada
pada perbuatannya atau hukumannya.
Allah s.w.t menjadikan tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-
undang semuanya untuk faedah dan maslahah yang kembali kepada
sekalian makhluk .
Allah s.w.t menjadikan sesuatu ( segala makhluk ) adalah kerana
kelebihan dan belas kasihannya bukan berhajat kepada faedah.
Allah s.w.t. Maha Terkaya daripada mengambil apa-apa manafaat
di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali menjadi
mudharat kepada Allah Ta'ala atas sebab kemaksiatan dan kemung-
karan hamba-hambanya.
Apa yang diperintahkan atau ditegah pada hamba-hambanya adalah
perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada hamba-hamba-
nya jua.

Firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya
itu pada dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka bala-
sannya ( seksaannya ) itu tertanggung ke atas dirinya jua ".
( Surah Fussilat : Ayat 46 )

Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan
nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya ,
terbahagi kepada empat bahagian :
1) Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadi-
kannya iaitu zat Allah s.w.t.
2) Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang men-
jadikannya iaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
3) Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak
kepada yang menjadikannya iaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
4) Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat
iaitu sifat Allah Ta'ala.



Al – Wahdaniyyah.
Ertinya : Esa Allah Ta'ala pada zat , pada sifat dan pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat , pada
sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil ( yang ber-
hubung ) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa Allah s.w.t. pada zat itu iaitu menafikan Kam Muttasil pada
Zat ( menafikan bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat
Allah Ta'ala tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain.
Dan menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang ber-
cerai pada zat Allah Ta'ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat
Allah Ta'ala.


Makna Esa Allah s.w.t pada sifat iaitu menafikan Kam muttasil pada
Sifat ( menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) iaitu tidak
sekali-kali bagi Allah Ta'ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –
bilangan yang bercerai pada sifat ) iaitu tidak ada sifat yang lain
menyamai sebagaimana sifat Allah s.w.t. yang Maha Sempurna.


Makna Esa Allah s.w.t. pada perbuatan iaitu menafikan Kam
Muttasil pada perbuatan ( menafikan bilangan yang bercerai –cerai pada
perbuatan ) iaitu tidak ada perbuatan yang lain menyamai seperti
perbuatan Allah bahkan segala apa yang berlaku di dalam alam semua-
nya perbuatan Allah s.w.t sama ada perbuatan itu baik rupanya dan
hakikatnya seperti iman dan taat atau jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada perbuatan dirinya atau
perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah s.w.t dan tidak
sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya hanya pada
usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas.


Maka wajiblah bagi Allah Ta'ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi
Kam yang lima itu iaitu :
1) Kam Muttasil pada zat.
2) Kam Munfasil pada zat.
3) Kam Muttasil pada sifat.
4) Kam Munfasil pada sifat.
5) Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain
menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah s.w.t .
Dan tertolak segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada
menyengutukan Allah Ta'ala dan perkara-perkara yang menjejaskan
serta merosakkan iman.



7. Al – Qudrah :
Ertinya : Kuasa qudrah Allah s.w.t. memberi bekas pada mengadakan
meniadakan tiap-tiap sesuatu.
Pada hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit
( tetap ) berdiri pada zat Allah s.w.t. yang mengadakan tiap-tiap yang
ada dan meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah.
Adalah bagi manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu .
Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini berbagai-bagai
Fikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai kepercayaan dan iktiqad.
1) Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah iaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa Allah s.w.t.
2) Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata ( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ). 3) Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan Nabi dan perjalanan orang-orang Islam iaitu beriktiqad bahawa hamba itu tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan suruhan dan tegahan
( ada pahala dan dosa ).



8. Al – Iradah :
Ertinya : Menghendaki Allah Ta'ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin tentang adanya atau
tiadanya.
Sebenarnya adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada
Zat Allah Ta'ala yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas mumkin . Maka Allah Ta'ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap sesuatu apa yang diperbuatnya.
Umat Islam beriktiqad akan segala hal yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat ketentuan daripada Allah Ta'ala tentang rezeki , umur , baik , jahat , kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada mempunyai nasib ( bahagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud :
" Janganlah kamu lupakan nasib ( bahagian ) kamu
di dalam dunia " .
( Surah Al – Qasash : Ayat 77 )

Kesimpulannya ialah umat Islam mestilah bersungguh-sungguh
untuk kemajuan di dunia dan akhirat di mana menjunjung titah
perintah Allah Ta'aladan menjauhi akan segala larangan dan
tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah s.w.t.



9. Al – Ilmu :
Ertinya : Mengetahui Allah Ta'ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada yang
Maujud (ada) atau yang Ma'adum ( tiada ).
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali
berdiri pada zat Allah Ta'ala.


Allah Ta'ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada perkara
Itu tersembunyi atau rahsia dan juga yang terang dan nyata.
Maka Ilmu Allah Ta'ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu di
Alam yang fana' ini.


10. Al – Hayat .
Ertinya : Hidup Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat
Allah Ta’ala .
Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat Idrak ( pendapat )
Iaitu : sifat qudrat , iradat , Ilmu , Sama’ Bashar dan Kalam.


11. Al - Samu’ : Ertinya : Mendengar Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri pada
Zat Allah Ta’ala. Iaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan. Tiada terhijab ( terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising , bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta'ala Maha Mendengar akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ".
( Surah An-Nisa'a - Ayat 148 )


12. Al – Bashar : Ertinya : Melihat Allah Ta'ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri
pada zat Allah Ta'ala. Allah Ta'ala wajib bersifat Maha Melihat sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak , jauh atau dekat , terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah Ta'ala yang bermaksud :

" Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka kerjakan ".
( Surah Ali Imran - Ayat 163 )



13 . Al – Kalam : Ertinya : Berkata-kata Allah Ta'ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali ,
berdiri pada zat Allah Ta'ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana firman Allah Ta'ala yang bermaksud :
" Aku Allah , tiada tuhan melainkan Aku .........".
( Surah Taha - Ayat 14 )

Dan daripada yang mustahil sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" ........( kata orang Nasrani ) bahawasanya Allah Ta'ala
yang ketiga daripada tiga..........".
( Surah Al-Mai'dah - Ayat 73 )

Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah Ta'ala yang
bermaksud :
" Padahal Allah yang mencipta kamu dan benda-benda yang
kamu perbuat itu".
( Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96 )

Kalam Allah Ta'ala itu satu sifat jua tiada berbilang.
Tetapi ia berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan
iaitu :
1) Menunjuk kepada 'amar ( perintah ) seperti tuntutan mendiri-
solat dan lain-lain kefardhuan.
2) Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3) Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaun
dan lain-lain.
4) Menunjuk kepada wa'ad ( janji baik ) seperti orang yan taat
dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5) Menunjuk kepada wa'ud ( janji balasan seksa ) seperti orang
yang menderhaka kepada ibubapa akan dibalas dengan azab
seksa yang amat berat.


14. Kaunuhu Qadiran :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Qudrat.


15.Kaunuhu Muridan :
Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala ,
tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada
sifat Iradat.



16.Kaunuhu 'Aliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mengetahui akan
Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala , tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Al-Ilmu.



17.Kaunuhu Haiyan : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Hidup.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Hayat.



18.Kaunuhu Sami'an : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum, iaitu lain daripada sifat Sama'.


19.Kaunuhu Bashiran : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Bashar.



20.Kaunuhu Mutakalliman : Ertinya : Keadaan Allah Ta'ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya iaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta'ala, tiada ia maujud dan tiada ia ma'adum , iaitu lain daripada sifat Qudrat.

Sifat Mustahil Bagi Allah s.w.t
Wajib atas tiap-tiap mukallaf mengetahui sifat-sifat yang mustahil bagi Allah yang menjadi lawan daripada dua puluh sifat yang wajib baginya. Maka dengan sebab itulah di nyatakan di sini sifat-sifat yang mustahil satu-persatu :

1. ‘Adam beerti “tiada”

2. Huduth beerti “baharu”
3. Fana’ beerti “binasa”
4. Mumathalatuhu Lilhawadith beerti “menyerupai makhluk”
5. Qiyamuhu Bighayrih bearti “berdiri dengan yang lain”
6. Ta’addud beerti “berbilang-bilang”
7. ‘Ajz beerti “lemah”
8. Karahah beerti “terpaksa”
9. Jahl beerti “jahil/bodoh”
10. Mawt beerti “mati”
11. Samam beerti “tuli”
12. ‘Umy beerti “buta”
13. Bukm beerti “bisu”
14. Kaunuhu ‘Ajizan beerti “keadaannya yang lemah”
15. Kaunuhu Karihan beerti “keadaannya yang terpaksa”
16. Kaunuhu Jahilan beerti “keadaannya yang jahil/bodoh”
17. Kaunuhu Mayyitan beerti “keadaannya yang mati”
18. Kaunuhu Asam beerti “keadaannya yang tuli”
19. Kaunuhu A’ma beerti “keadaannya yang buta”
20. Kaunuhu Abkam beerti “keadaannya yang bisu”

 Sifat Harus Bagi Allah s.w.t
Adalah sifat yang harus pada hak Allah Ta’ala hanya satu sahaja iaitu Harus bagi Allah mengadakan sesuatu atau tidak mengadakan sesuatu atau di sebut sebagai mumkin. Mumkin ialah sesuatu yang harus ada dan tiada.
PENGENALAN DIRI
Menuju fana bil fana

Barang siapa kenal akan diri nya maka kenal akan tuhan nya

SYAMSIR BIN RASYIDI
15 SEPTEMBER 1998







                                                                                                                        






Bismillahirahmanirahiim

Rakam yaitu Mengenal,

1.Maksudnya mengenal
yang sebenar-benarnya diri/mengetahui asalnya diri supaya tahu yang sebenarnya agar mengenal akan Tuhan,
2.Ini agar meng-Esa-kan yang sebenar-benarnya diri kepada Allah Ta'Ala agar jangan sampai Murakabah yang bersusunan pada Ilmu-Nya..
Adapun jua maksud Rakam yang 1&2 itu menerangkan keadaan perkakas isi tubuh yang dzahir & yang bathin,maka jika sudah pula diketahui seperti ini hendaknya di fana-kan agar tetap ke-Esa an-Nya
dan tidak siapa pun jua yang dapat menduakan-Nya/Allah saja yang Tunggal/Esa,Demikianlah maksudnya..

Kemudian daripada itu disinilah saya mulai menerangkan,yang bernama Diri itu ada 2 Bagian:

--Diri yang Dzahir,
--Diri yang Bathin.

adapun diri yang Dzahir itu asal daripada unsur Adam,Adam unsurnya memiliki 4 perkara,yaitu :
1.Api,
2.Angin,
3.Air,
4.Tanah

Dan berikut ini penjabaran/makna dari tulisan/huruf ALLAH yang sering kita lihat dalam kaligrafi,

--ALIF ---> Api,
--LAM AWAL --> Angin,
--LAM AKHIR --> Air,
--HA --> TANAH/BUMI

1. adapun Api itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf ALIF bernama DZAT yang menjadi rahasia hurufnya pada kita,
2. adapun Angin itu terbit dari Diri yang Bathin jua yang berhuruf LAM AWAL bernama SIFAT yang menjadi nyawa pada kita/Nafas kita,
3. adapun Air itu terbit jua dari Diri kita yang Bathin,berhuruf LAM AKHIR bernama ASMA yang menjadi HATI pada kita (Air Nuthfah&Air Liur),
4. adapun Tanah/Bumi itu pula terbit dari Diri yang Bathin jua berhuruf HA bernama AF'AL menjadi tingkah Laku pada kita..

Jadi,demikianlah Diri kita yang Dzahir ini terbit dari bayang-bayang kita yang Bathin jua dan adanya Huruf yang bertuliskan ALLAH,tapi jangan sampai saudara mengakui bahwa saudara adalah Tuhan karena Diri kita yang Dzahir ini hanyalah Tulisan (Ingat,hanya sebatas Huruf/Tulisan) yang berlafadz ALLAH,untuk itulah Allah Ta'Ala menciptakan tulisan/huruf tersebut agar kita mengenal Diri kita yang Dzahir..

Kemudian daripada itu setelah kita mengetahui Diri kita yang Dzahir hendaklah kita ketahui Diri kita yang Bathin pula,agar dapat kita kenal akan Tuhan melalui Diri yang Bathin sebagaimana seperti sebuah sabda yang sangat dikenal oleh para kaum sufi "Man Arafa Nafsahu Fa Qad Arafa Rabbahu" barang siapa mengenal sebenar-benarnya Diri Niscaya Diri akan mengenal Tuhannya...tetapi sebelum kita mengenal akan Diri kita yang Bathin,hendaklah mati dahulu sebelum mati Diri kita yang Dzahir tadi,seperti Sabda Nabi SAW "Mutu Kabla Anta Mutu" jikalau telah kita matikan Diri yang Dzahir tadi,barulah nyata dari kita yang Bathin yang bernama sebenar-benarnya DIRI..
Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh Jalil,tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya (Alam Semesta) sehingga dari pemahaman terhadap alam semesta itulah menghantarkan pada kebenaran sejati yakni ALLAH
SWT,karena memang dari alam dan bahkan pada Diri sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi yang mentafakurrinya..dengan kata lain ilmu Tasawuf Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau,karena itu orang yang mempelajari Tasawuf pada dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan pokok,yakni :
1.berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
2.berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah) yang terpampang jelas pada alam atau makhluk ciptaan-NYA.

Simbol pemahaman Datu Sanggul/Datu Muning/Syekh Abdus Samad/Ahmad Sirajul Huda/Syekh Jalil,tentang keTuhanan ialah dari Bumi Naik ke Langit maksudnya beliau mengenal Hakikat Tuhan berdasarkan apa-apa yang telah diciptakan-Nya (Alam Semesta) sehingga dari pemahaman terhadap alam semesta itulah menghantarkan pada kebenaran sejati yakni ALLAH SWT,karena memang dari alam dan bahkan pada Diri sendirilah (manusia) terdapat tanda-tanda kekuasaan-NYA bagi yang mentafakurrinya..dengan kata lain ilmu Tasawuf Datu Sanggul adalah ilmu Laduni yang telah di karuniakan oleh ALLAH SWT kepada beliau,karena itu orang yang mempelajari Tasawuf pada dasarnya bisa menggabungkan 2 sumber acuan pokok,yakni :
1.berdasarkan Wahyu (Qauliyah),
2.berdasarkan tanda-tanda ayat-NYA (Qauniyah) yang terpampang jelas pada alam atau makhluk ciptaan-NYA..



"Tidak memakai ilmu atau bacaan tertentu,hanya menjaga keluar masuknya Nafas kapan ia keluar dan kapan ia masuk" sehingga secara rutin dapat melaksanakan sholat ke masjidil haram setiap hari jum'at...(kira-kira seperti itulah beberapa patah kata yang pernah di katakan Datu Sanggul kepada Datu Kalampayan/Syekh
Muhammad Arsyad Al Banjari)

salah satu karya Datu Sanggul yang spektakuler ialah membuat tatalan/tatakan kayu besi(ulin) menjadi soko guru mesjid di desa tatakan,sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Sunan Kalijaga ketika membuat soko guru pada Mesjid Demak..


adapun yang mematikan diri yang berhuruf dan bernama ALLAH itu demikian caranya :
1. menafikan huruf
Alif,
2. Lam Awal,
3. Lam Akhir,
4. Ha

adapun huruf-huruf yang demikian ;
1. Alif = Allahusamma wati wal Ardh,
2. Lam Awal = Lillah husamma wati wal Ardh,
3. Lam Akhir = Lahulmulku samma wati wal Ardh,
4. Ha = Wal awallu wal akhirru Wal Dzahiru wal Batiinu

jadi jikalau demikian diri kita yang dzahir itu nyata fana sekali2 tiada mempunyai apa-apa lagi (min adami ila wujdin,wamin wujdin ila Adami) jadi maksudnya dari pada kita diri yang dzahir walau sehelai rambut pun telah tiada mempunyai lagi apa-apa..

tiada boleh dikatakan ada lagi pada ilmu-nya,hanya diri yang bathin jua ialah yang bernama Muhammad..seperti firman Allah ta'ala dalam hadits Qudsi : Ku jadikan semesta sekalian alam ini karenamu yaa Muhammad,Ku jadikan akan dikau karenaKu yaa Muhammad..

Adapun dzat mutlak yang dinamakan oleh kaum ahli sufi akan Dia 'Asyiq itu ialah Ta'yin Hakikat,Ta'yin hakikat ke duanya adanya jua bukan dari padanya jua,maka tatkala hendak menyatakan IradatNya dari kodratNya maka asal Ta'yin hakikat itu dinamakan A'yan sabitah,yaitu ibarat cermin maka limpahlah wujd mutlak itu seperti yang di dalam cermin..

ahmad muhammad allah

  I . O

allah



titik namanya ; Ahdiat
adapun pertama,titik pindah wadah semata-mata maka ilmu A'yan sabitah hakikat tubuh Muhammad yaitu asal sekalian Nyawa adanya..kitab ini adalah dabitan dari kitab Babul haqq dan jadi kitab berencong..dengan perkataan perkenalan kepada Allah jangan susah mencari Allah,Allah telah lenyap menjadi nyawa sekalian batang tubuh..

--jangan susah mencari billah,
--billah ada didalam tubuh,
--jangan susah mencari Allah,
--Allah ada di dalam tubuh

yaitu Nur Allah,dimana ada Nur-nya tentu tiada terputus dari yang punya Nur tersebut..bersatu tetapi tiada sekutu itulah antaranya kita dengan Allah..


ASAL DIRI

DZAT ALLAH-->NUR DZAT--> NURULLAH--> MUHAMMAD(insan)--> NUR MUHAMMAD
DZAT ALLAH--> JIBRIL & MUKARABIN
KITAB WASILAH&WASITAH
pengenalan ilmu marifat
Alhamdulillahirabbil Alamin wasalatu wassalamu ala sayiddina mursaliin wa'ala alihi wa'ashabihi aj'main..


adapun kemudian daripada itu ketahui olehmu hai salik bahwasanya tiada sempurna bagi seseorang mengenal diri melainkan mengetahui akan asal kejadian diri,yang mula-mula diciptakan oleh Allah Ta'ala..pasal pada menyatakan asal yang mula-mula di jadikan oleh Allah seperti pada sabda Abdullah ibn Abbas (ra) dari junjungan kita Nabi SAW : yang mula-mula di jadikan oleh Allah Ta'ala yaitu Nur NabiMu..


> la yaskuluhul lahu'illah = tiada yang menyebut Allah hanya Allah,

> laya rulahu ilallah = tiada yang melihat Allah hanya Allah,

>laya budullahu ilallah = tiada yang menyembah Allah hanya Allah


seperti firman Allah di dalam hadits qudsi : dzahir tuhan didalam bathin hamba-nya,manusia itu rahasiaku dan aku pun rahasianya(insanu sirri wa ana sirrahu) bermula insan itu rahasiaku dan rahasiaku itu sifatku dan sifat-ku tiada lain dari padanya(al insanu sirri wassirri wa sifatun,wasifatin laghoiri) , pada hakikatnya bagi Allah katanya Allah kepada Muhammad..ini di dalam Al-Adzhim.. (jistumul insanu wanafsuhu,wakalbuhu,warkuhu,wassamahu,wabsarrahu warruha walisanuhu,wayajiduhu,lahuahila ana walla ana gairuhu : tubuh manusia dan hatinya dan nyawanya,pendengarannya,penglihatannya,tangan dan kakinya sekalian itu aku nyatakan dengan diriku bagi dirinya,dan insan itu tiada lain dari pada aku dan aku pun tiada lain dari padanya...maka tiada engkau berani akan di aku selama engkau masih tiada fana di dalamku,syahtiada ayal,terhila dan yaitu rupaku padamu..


maka yaitulah yang dipegang oleh orang arif'billah,firman Allah : wa huwa ma'akum Ainama kuntum " ada tuhan kamu serta kamu",wa fi'an fusikum affala tafsiruun "dan didalam dirimu pun Aku maka tiadalah kamu lihat akan di Aku,karena Aku terlebih hampor dekat pada alat matamu yang putih,terlebih Aku hampir padamu.."


maka memadailah keterangan dan nash Quran maka sampai disinilah keterangan-keterangan ajesamm andrakul idrakul fahwa idrak,bermula lemah dari pada pendapat maka yaitulah yang di dapat La Illaha Ila Allah,Ana...tiada tuhan melainkan Aku...

Adapun La Illaha --> isyarat wujd makhluk,
Ila Allah --> isyarat Qadim

jadi firman Allah : tafakur seketika itu dengan berhadap terlebih baik daripada kebaktian seribu tahun..adapun yang terhimpun di dalam tubuh kita ini ada 2 ruh,yang tidak diketahui yaitu ruh yang dinamakan ruhul quds dan yang kedua dinamakan ruhani..
adapun sebutan ruh itu atau ucapannya "ALLAH",
dan yang satu lagi ucapannya "HU"
inilah yang mau kita cari yang dinamakan rahasia Allah Ta'ala dengan Muhammad..

jikalau mau diketahui hendaklah di cari guru / mursyid yang tahu ilmu hakikat jikalau tiada,jangan dibuka karena tiada tahu jalan rahasia tuhan yang tersembunyi dalam diri kita..ketahuilah olehmu hai talib yang beroleh pertolongan dari pada nabi kita SAW dengan syafa'at pada yaumil akhir..
bermula jalan yang sempurna dari pihak dzahir dan bathin ada jalan musahadah,mukaballah,mukarammah dan musahallah..adapun arti dari:
-musahadah = berpandangan,
-mukaballah = berhadapan,
-mukarammah = menyertakan,
-musahallah = menyempurnakan

jika ditanya apa arti di pandang dan apa arti berhadapan dan juga arti dari menyertakan?
Adapun yang berhadapan itu Ajim artinya Cita-cita yang amat tangkas,dan adapun yang dipandang itu itikat,yang menyertakan itu yakin karna nyata tiada syak dan was-was dalamnya,menyempurnakan itu Tauhid menyampaikan segala penglihatan mata batin dari pada meng-Esa-kan..
adapun Nakitah dan tanajul pun segala asyaita yin awal itu ilmu namanya kuat jua tiada lainnya,adapun wadah itu wujd mutlak pun namanya jua,ilmu pun namanya jua..

Lam : wujd,kidam,baqa,muhalafatulil hawadis,kiyamuhu binafsih

adapun yang dikatakan nyawa muhammad itu sebenarnya tiada lain kedzahiran 4 sifat Allah Ta'ala yang dinamakan kalimah ILLA = kodrat,iradat,ilmu,hayat
adapun yang dikatakan tubuh muhammad sebenar-benarnya dari 5 = kadirrun,muriddun,aliimun,hayyun,dan wahdaniyyat..jadi yang bernama Muhammad tiada lain ialah sifat tuhan jua..

LA = Wujud,kidam,baqa,muhalafatulil hawadis,kiyamuhu binafsih ---> Diri/dzat,
ILAHA = Sama,basar,kalam,sami'un,basirun,mutakalimun---> Nyawa/Sifat,
ILLA = kodrat,iradat,ilmu,hayat---> Hati/asma,
ALLAH = kadirun,muridun,aliimun,hayyun,Wahdaniyyat---> Tubuh/Af'al  

 Yaitu sifat kebenaranNya,kesempurnaanNya,keelokanNya,kekerasanNya jua ialah yang dinamakan kalimah tauhid yang mulia itu Lailahaillallah..
Kemudian daripada itu hendaklah diketahui pula maksudnya yang mulia itu supaya jangan syak dan waham lagi pada pengetahuan tauhid pada marifat,adapun kalimah Lailahaillallah terbagi 2 ;
1. LAILAHA itu sifatnya kaya tiada kekurangan yaitu Allah Ta'ala,
2. ILLALLAH itu sifatnya kekurangan yang masih berkehendak yaitu Muhammad

maka jika sudah demikian hendaklah diketahui pula apa yang bernama Muhammad oleh Allah Ta'ala,dan bernama Allah Ta'ala itu apa oleh Muhammad supaya menjadi Tauhid pada kalimah yang mulia itu jua hendaknya..

Adapun ilmunya dan rahasianya oleh Allah Ta'ala,karena Allah Ta'ala itu nama bagi dzat wajibbal wujd dan mutlak..yaitu; Bathin Muhammad dan Allah Ta'ala itu nama bagi sifat dzahir Muhammad..jadi dzahir dan bathin Muhammad itulah yang bernama Allah,jikalau demikian patut kalimah yang mulia inilah pertemuan hamba dengan Tuhannya dan lagi kalimah yang mulia ini di umpamakan,sebesar gunung tempat perhimpunan segala rahasia dan segala ruh,nyawa dan segala hati,tubuh,nama,ilmu dan segala isi-isinya dan segala islam,iman,segala tauhid,segala marifat,habis terhimpun semua dikalimah ini..maka yang penting diamalkan supaya mahir seperti kata Yaumul Mesra,mesra pada siang dan malam,terutama diwaktu dalam sembahyang 5 waktu karna diwaktu itulah Tuhan menurunkan petunjuk yang baik adanya..jadi yang mengatakan kalimah Lailahaillallah tiada lain Dia sendiri jua,memuja diriNya sendiri jua..LAYASRIFULLAHU ILLALLAH = tiada mengenal Allah hanya ALLAH..

Jadi yang sebenar-benarnya Muhammad,benar-benar diri dan jangan saudara syak dan waham lagi karna tubuh,hati,nyawa,rahasia..Muhammad itulah yang mempunyai insan yakni Syariat namanya,adapun nyawanya itu dinamai Alam Mitsal Hakekat namanya,adapun rahasia itulah yang bernama Alam Ruh yakni Marifat namanya..maka sesudah demikian hendaklah Muhammad itu pula yang mengenal akan Tuhannya.

ALLAH(dzat) ---> Alif(sifat)---> * (asma)---> Af'al<--->(dzat wajibbal wujd) muhammad--->HU ALLAH

tetapi belum lagi Muhammad mengenal akan Tuhannya sebelum fana tubuhnya,hatinya,nyawanya,rahasianya,dzatnya,sifatnya,af'al nya seperti firman Allah Ta'ala dalam Quranul Kariim ; Qul Huwallahhu Ahad artinya katakan wahai muhammad ALLAH itu ESA..ESA pada dzatnya,sifatnya,asmanya,af'alnya seperti dalam Quran kariim ; serahkan dirimu yaa Muhammad kepada Tuhanmu yang hidup tiada mati..maka keterangan Muhammad mengEsakan,menyerahkan diri kepada Allah Ta'ala seperti yang tersurat didalam kitab ini jangan syak dan waham lagi dengan perkataan ini..

ALIF --- adapun bathin Muhammad Dzat kepada Allah Ta'ala rahasia kepada hambanya,
LAM AWAL --- adapun Awal Muhammad itu sifat kepada Allah Ta'ala Nyawa kepada hambanya,
LAM AKHIR --- adapun akhir Muhammad Asma kepada Allah Ta'ala Hati kepada hambanya,
HA --- adapun dzahir Muhammad Af'al kepada Allah Ta'ala tubuh kepada hambanya.. JANGAN DISANGKA HAMBA ITU KITA,ITU SALAH KARENA KITA ITU PADA ILMUNYA SUDAH TIADA ADA LAGI...

jadi rahasia,nyawa,hati,tubuh Muhammad itupun tiada ada padanya jua..tiada lagi kepada sifat,kepada asma,kepada Af'al nya seperti firmanNya ; Wal awaalu wal akhiiru,wal dzahirru wal batiinu..jadi Muhammad itu sekedar nama jua/keterangan yang lebih terang lagi menentukkan Muhammad itu sebenar-benarnya tiada lain kedzahiran 5 sifat Allah Ta'ala jua yang dinamakan kalimah LAILAHAILLALLAH..


Martabat Nafsu (1) Amarah

Nafsu mempunyai dua pengertian:
1. Suatu pengertian yang meliputi segala tabiat-tabiat: spt. marah, nafsu berahi dan syahwat serta semua yang keji seperti hasad dengki, riak, dendam, sum'ah dan sebagainya. Nafsu ini ada juga pada binatang. Tapi tiada sama sekali pada malaikat. Sabda Rasulullah s.a.w:
"Sejahat-jahat musuh engkau ialah nafsu engkau yang terletak di antara dua lambung engkau"
2. Makna yang kedua adalah berkaitan kejadian "latifah rabbaniyyah' iaitu sesuatu yang batin yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar sebaliknya ia adalah melibatkan soal-soal kerohanian.
Jenis-jenis nafsu adalah:
1. Amarah
2. Lawammah
3. Mulhammah
4. Mutmainah
5. Radhiah
6. Mardhiah
7. Kamaliah

1. AMARAH
Amarah adalah martabat nafsu yang paling rendah dan kotor di sisi Allah. Segala yang lahir darinya adalah tindakan kejahatan yang penuh dengan perlakuan mazmumah (kejahatan/keburukan). Pada tahap ini hati nurani tidak akan mampu untuk memancarkan sinarnya kerana hijab-hijab dosa yang melekat tebal, lapisan lampu makrifat benar-benar terkunci. Dan tidak ada usaha untuk mencari jalan menyucikannya. Kerana itulah hatinya terus kotor dan diselaputi oleh pelbagai penyakit.
Firman Allah:
• "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya"
• "Sesungguhnya nafsu amarah itu sentiasa menyuruh manusia berbuat keji(mungkar)"
• "Bahkan manusia itu hendak berbuat maksiat terus menerus)"
Dalam kehidupan seharian segala hukum hakam, halal-haram, perintah dan larangan tidak pernah di ambil peduli. Malah buat kejahatan itu sudah sebati. Tidak ada penyesalan, malah kadang-kadang bangga buat jahat. Contohnya dia berbangga dapat merosakkan anak dara orang, bangga dengan kehidupan songsang, minum, berjudi, pergaulan bebas malah jadi barat lebih dari orang barat. Bagi mereka pada peringkat nafsu ini, konsep hidupnya adalah sekali, jadi masa mudalah untuk seronok sepuas-puasnya tanpa mengenal batas-batas. Baik jahat adalah sama sahaja di sisinya tanpa ada perasaan untuk menyesal. Malah kadang-kadang bila boleh buat jahat seolah-olah terdapat perasaan lega dan puas. Itulah sebabnya kadang-kadang ada yang dapat nak mengawalnya dari melakukan sesuatu yang jahat. Dah jadi hobi. Hatinya telah dikunci oleh Allah sebagaimana firmanNya: "Tidaklah engkau perhatikan orang-orang yang mengambil hawa nafsunya (amarah) menjadi Tuhan dan dia disesatkan oleh Allah kerana Allah mengetahui (kejahatan hatinya) lalu Allah mengunci mati pendengarannya (telinga batin) dan hatinya dan penglihatannya (mata hatinya) diletak penutup."
Manusia pada peringakat nafsu amarah ini bergembira bila menerima nikmat tetapi berdukacita dan mengeluh bila tertimpa kesusahan.
Firman Allah: "Dan apabila Kami rasakan sesuatu rahmat kepada manusia, niscaya mereka gembira dengan rahmat itu. Dan apabila mereka ditimpa suatu musibah akibat kesalahan tangan mereka sendiri, lantas mereka berputus asa."
Jelasnya pada peringkat ini segala tindak tanduknya adalah menuju dan mengikut apa kehendak syaitan yang mana telah dikuasai sepenuhnya olehnya(Syaitan). Rupa sahaja manusia, tapi hati dikuasai syaitan.
Pada peringkat ini, manusia itu tak makan nasihat. Tegurlah macam manapun. Dia tetap tak akan berubah kecuali diberi hidayah olehNya.
Mereka tidak pernah takut pada Allah dan hari pembalasan. Malah meremehkan lagi ada. Mengejek dan mencemuh. Mereka tidak pernah peduli dengan ancaman Allah seperti: "Akan dicampakkan ke dalam neraka jahanam dari golongan jin dan manusia yang mempunyai hati tidak memrhati,mempunyai mata tidak melihat,mempunyai telinga tidak mendengar.Mereka itu adalah binatang malah lebih hina dari binatang kerana mereak termasuk di dalam golongan yang lalai".
Mereka suka mencela orang lain, memperbodohkan kelemahan orang lain dan melihat dirinya sendiri serba sempurna. Mereka tidak pernah menyandarkan hasil usahanya kepada Allah. Mereka fikir apa sahaja kejayaan mereka adalah hasil titik peluh diri sendiri.
Jiwa mereka pada tahap ini adalah kosong dan hubungan dirinya dengan Allah boleh dikatakan tidak wujud.
Dalam konteks penerimaan ilmu, orang yang bernafsu amarah hanya berupaya menerima ilmu diperingkat ilmu Qalam. Terutamanya yang mementingkan soal-soal lahiriah dunia sahaja. Tak ada minat kepada pelajaran agama dan hari akhirat. Pada peringkat tidak ada peluang sama sekali untuk menerima ghaib dan ilmu syahadah selagi hatinya kotor dan tidak disucikan dengan pembersihan zikrillah yang mempunyai wasilah bai'ah dengan Rasulullah s.a.w. Untuk membebaskan diri dari cengkaman nafsu ini hendaklah menemukan jalan wasilah ilmu Rasulullah s.a.w dengan menerima tunjuk ajar dari ahli zakir iaitu guru mursyid yang dapat memberikan petua-petua penyucian diri dan penyucian jiwa yang mempunyai mata rantai dengan Rasulullah s.a.w.
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Tiap sesuatu ada alat penyucinya dan yang menyuci hati ialah zikir kepada Allah "
Pada tahap amarah ini kalau berzikirpun hanya dibibir sahaja tanpa meresap ke dalam jiwa. Amarah tidak mengenal sesiapa, malah ahli kitab sekalipun walaupun ada kelulusan Azhar, walupun berserban dan berjubah. Amarah tidak pernah takut dengan itu semua malah lagi senang ia menyerang. Yang ia takut hanyalah zikrillah.
Sabda Rasulullah s.a.w:
"Sesungguhnya syaitan itu telah menaruh belalainya pada hati manusia, maka apabila manusia itu berzikir kepada Allah , maka mundurlah syaitan dan apabila ia lupa, maka syaitan itu menelan hatinya"



Martabat Nafsu (2) NAFSU LAWWAMAH

Nafsu lawwamah
ialah nafsu yang selalu mengkritik diri sendiri bila berlaku suatu kejahatan dosa atas dirinya. Ianya lebih baik sedikit dari nafsu amarah. Kerana ia tidak puas atas dirinya yang melakukan kejahatan lalu mencela dan mencerca dirinya sendiri. Bila buat silap dia lebih cepat sadar dan terus kritik dirinya sendiri.
Perasaan ini sebenarnya timbul dari sudut hatinya sendiri bila buat dosa, secara automatik terbitlah semacam bisikan dilubuk hatinya. Inilah yang di katakan lawwamah. Bisikan hati seseorang akan melarang dirinya melakukan sesuatu yang keji timbul secara spontan bila terqosad sahaja dihatinya. Cepat rasa bersalah pada Allah Rasulullah atas keterlanjurannya. Ianya ibarat taufik dan hidayah Allah untuk memimpinnya kembali dari kesesatan dan kesalahan kepada kebenaran dan jalan yang lurus.
Rasulullah s.a.w bersabda:
• "Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan menjadikan untuknya penasihat dari hatinya sendiri"
• "Barangsiapa yang hatinya menjadi penasihat baginya, maka Allah akan menjadi pelinding ke atasnya."
Tapi bila seseorang itu meningkat ke martabat nafsu lawwamah tapi tidak mematuhi isyarat lawwamah yang memancar di hatinya, maka lama-kelamaan isyarat ini akan padam dan malap. Hingga jatuhlah kembali pada tahap nafsu amarah kembali. Sebab itu kadang-kadang kita tengok sekejap orang tu baik, sekejap berubah jahat kembali. Kemudian berubah balik. Inilah bolakan hati yang di sebabkan oleh keadaan nafsunya yang berubah-ubah.
Firman Allah:
• "Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti (suruhan jahat) mereka setelah datang ilmu (isyarat lawwa-mah) kepadamu, sesungguhnya kamu termasuk dalam golongan orang-orang yang zalim"
• "Sesungguhnya petunjuk Allah ialah petunjuk yang sebenarnya.Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan (jahat dan keji) mereka , setelah ilmu diperolehi (datang kepadamu) maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu".
Pada tahap lawwamah ini masih lagi bergelumang dengan sifat-sifat mazmumah tapi jumlahnya mulai berkurang sedikit. Keinsafan memancar. Sekiranya dia terus mematuhi isyarat lawwamah yang ada, sedikit demi sedikit sifat-sifat keji dapat dihapuskan. Pada peringkat ini dia banyak meneliti diri sendiri dan merenung segala kesilapan yang lampau. Bila perasaan menyesal datang, orang-orang pada peringkat sangat mudah mengeluarkan air mata penyesalan. Kerap menangis dalam solat, atau bila sendirian, sewaktu berzikir, bersolawat. Air matanya bukanlah disengajakan tetapi berlaku secara spontan. Inilah dikatakan sebagai tangisan diri. Pada peringkat ini mula banyak mengkaji dan meneliti alam dan kejadian. Malah sentiasa membandingkan sesuatu dengan dirinya. Mereka juga menjadi gila untuk beribadat dan cenderung kepada perbincangan berkaitan soal mengenal diri dan mula jemu dengan persoalan yang tidak berkaitan dengan agama. Perubahan ini boleh jadi mendadak sekiranya kita terjun ke alam tasauf.
Rasulullah s.a.w bersabda:
• "Bahawasanya orang-orang mukmin itu perhatiannya pada solat, puasa dan ibadat dan orang munafik itu perhatiannya lebih kepada makanan dan minuman seperti halnya binatang"
• "Sedikit taufik adalah lebih baik dari banyak berfikir dan berfikir perkara duniawi itu mendaruratkan dan sebaliknya berfikir perkara agama pasti mendatangkan kegembiraan"
Pada tahap ini sudah mementingkan akhirat dari dunia.
Namun begitu walau nak dibandingkan dengan amarah ia lebih tinggi sedikit, namun sekali-sekala ia tidak terlepas juga dari jatuh kedalam jurang dosa dan kejahatan.Imannya masih belum kuat.Namun ia cepat sedar dan cepat beristigfar minta ampun kepada Allah.
Firman Allah:
"Aku bersumpah dengan nafsu lawwamah"
Sebagai contoh kalau tertinggal sembahyang terdapat perasaan kecut hati dan cepat menyesal sehingga terus pergi kadha.
Antara sifat nafsu lawwamah adalah:
1. Mencela diri sendiri
2. Bertafakur dan berfikir
3. Membuat kebajikan kerana ria
4. Kagum pada diri sendiri yakni 'ujub
5. Membuat sesuatu dengan sum'ah -agar dipuji
6. Takjub pada diri sendiri

Sesiapa yang merasa berdegup di hati sifat seperti di atas masih lagi berada pada tahap nafsu lawwamah. Ianya adalah terdapat pada kebanyakan orang awam .
Harus kuat berzikir lagi untuk menembus dan menyucikan sisa-sisa karat hati. Zikir pada peringakat nafsu ini masih lagi dibibir tetapi kadang-kadang sudah mulai meresap masuk ke lubuk hati tapi dalam keadaan yang tidak istiqamah. Pada peringkat ini memang sudah timbul gila beribadat sehingga kadang-kadang merasa dirinya ringan dan melayang, kadang-kadang macam hilang dirinya. Rasa semacam semut berderau diseluruh tubuhnya terutama pada bahagian tulang belakang dan tangannya. Keadaan beginilah menimbulkan keasyikan yang menyeronokkan dengan amalan zikir dan ibadat lain.

Pada pringkat ini sudah boleh menerima sedikit ilham hasil dari zauk dan kadang-kadang mengalami mimpi yang perlu ditafsir kembali oleh guru. Bila berterusan dengan petua dan amalan yang diberi oleh guru InsyaAllah nafsunya lawwa-mah ini akan meningkat kepada tahap seterusnya.

Martabat Nafsu (3) MULHAMAH

Nafsu MULHAMAH
Nafsu ini lebih baik dari amarah dan lawwa-mah.Nafsu mulhamah ini ialah nafsu yang sudah menerima latihan beberapa proses kesucian dari sifat-sifat hati yang tercemar melalui latihan sufi/ tariqat/ amalan guru lainnya yang mempunyai sanad dari Rasulullah s.a.w.Kesucian hatinya telah menyebabkan segala lintasan kotor atau khuatir-khuatir syaitan telah dapat dibuang dan diganti dengan ilham dari malaikat atau Allah.
Firman Allah:
"Demi nafsu (manusia) dan yang menjadikannya (Allah) lalu diilhamkan Allah kepadanya mana yang buruk dan mana yang baik, sesungguhnya dapat kemenanganlah orang yang menyucinya (nafsu) dan rugilah (celakalah) orang yang mengotorkannya(nafsu)


Makam nafsu ini juga dikenali dengan nafsu samiah. Pada pringkat ini amalan baiknya sudah mengatasi amalan kejahatannya. Sifat mazmumah telah diganti dengan mahmudah. Sikap beibadat telah tebal dan amalan guru terus diamalkan dengan lebih tekun lagi.
Pada penyesalan pada peringakat lawwamah tadi terus bersebati di dalam jiwa. Isyarat lawwamah sentiasa subur. Sesungguhnya taubat orang peringkat mulhamah ini adalah "taubatan nasuha" . Bukan shaj di mulut tetapi hakiki.
Dalam kehidupan sudah terbina satu skap yang baik,tabah menghadapi dugaan, bila terlintas sesuatu yang ke arah maksiat cuba-cuba memohon kepada perlindungan dari Allah.

Firman Allah:
"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa , bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketiak itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahan."
Sabda Rasulullah S.a.w:
"Barangsiapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa susah (gelisah) dengan kejahatan yang dilakukan, maka itu orang-orang mukmin"
Zikir pada tahap ini telah menyerap kedalam lubuk hatinya bukan sekadar berlewa-lewa dibibir sahaja lagi. Malah sudah menerima hakikat nikmat zikir dan zauk. Bila disebur nama Allah rindunya sangat besar, berderau darahnya dan gementar tubuhnya tanpa disengajakan.
Firman Allah:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu, bagi mereka apabila sahaja disebut nama Allah, nescaya gementarlah seluruh hati mereka"
Perasaan ini terus menjalar sehingga bertemu kekasihnya.

Antara sifat-sifat yang bernafsu mulhamah:
1. Sifat-sifat ketenangan,lapang dada dan tidak putus asa.
2. Tak sayangkan harta
3. Qanaah.
4. Berilmu laduni
5. Merendah diri/ tawwadu'
6. Taubat hakiki
7. Sabar hakiki
8. Tahan ujian dan menanggung kesusahan

Mereka pada tahap ini mulai masuk ke sempadan maqam wali yakni kerapkali mulai mencapai fana yang menghasilkan rasa makrifat dan hakikat (syuhud) tetapi belum teguh dan kemungkinan untuk kembali kepada sifat yang tidak baik masih ada. Kebanyakan orang cepat terhijab pada masa ini kerana terlalu asyik dengan anugerah Allah padahal itu hanyalah ujian semata-mata.

Dalam konteks ilmu pula mereka bukan sahaja menguasai ilmu qalam malah sudah dapat menguasai ilmu ghaib menerusi tiga cara laduni yaitu nur, cara tajalli dan cara laduni di peringakat sir. Yang dimaksudkan dengan laduni peringkat sir ialah menerusi telinga batin yang terletak ditengah-tengah kepala yang biasanya dipanggil bahagian tanaffas. Suara yang diterima amat jelas sekali. Tak ubah seperti mendengar suara telefon. Pada masa yang sama pendengaran zahir tetap tidak terganggu walaupun masa menerima laduni sir itu ada kawan berbual. Biasanya suara ghaib itu adalah waliyulah atau ambia yang merupaka guru-guru ghaib yang bertugas mengajar ilmu ghaib pada mereka yang diperingkat mulhamah. Tapi perlu ingat guru murysid zahir kita tetap guru. Malah Guru mursyid kita sebenarnya telah berkomunikasi terlebih dahulu dengan guru-guru ghaib ini. Sebab tu kalau tak ada murysid kita akan terpedaya dengan syaitan dan jin yang menyamar. Pembukaan telinga batin ini pada awalnya berlaku seakan suatu bisikan suara yang dapat dibahagian dalam anak telinga, dimana pada permulaannya merasa berdesing. Kemudian barulah dapat dengar jelas.
Zikir tetap meningkat. Pada peringkat inilah Allah berfirman:
"Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir kepada Allah.Ingatlah hanya dengan berzikir kepada Allah sahajalah hati menjadi tenteram"

Martabat Nafsu (4) MUTMAINAH

  NAFSU MUTMAINAH
Inilah peringkat/ martabat nafsu yang pertama yang benar-benar diridhai Allah seperti yang saudara kita nyatakan di atas. Yang layak masuk syurga Allah. Maknanya siapa sampai pada maqam ini bererti syurga tetap terjamin, InsyaAllah. Hakikat inilah yang difirmankan Allah: "Wahai orang yang berjiwa / bernafsu mutmainnah,pulanglah kepangkuan Tuhanmu dalam keadaan redhai meredhai olehNya dan masuklah ke dalam golongan HAMBAKU dan masuklah ke dalam syurgaKU".
Pada peringkat ini jiwa mutmainnah merasakan ketenagan hidup yang hakiki yang bukan dibuat-buat. Tidak ada lagi perasaan gelisah. Semuanya lahir dari tauhidnya yang tinggi dan mendalam. Tauhid yang sejati dan hakiki. Tidak ada lagi perbezaan senang dengan susah baginya sama sahaja. Pada maqam inilah permulaan mendapat darjat wali kecil.
Antara sifat-sifat maqam ini adalah:
1. Taqwa yang benar.
2. Arif
3. Syukur yang benar
4. Tawakkal yang hakiki
5. Kuat beribadat
6. Redha dengan ketentuan Allah
7. Murah hati dan seronok bersedekah.
8. Dan lain-lain sifat mulia yang tidak dibuat-buat
Pada maqam ini biasanya(walaupun tidak semestinya), akan adanya keramat-keramat yang luar biasa serta mendapat ilmu dengan tak payah belajar sebab sudah dapat mengesan rahsia-rahsia dari LohMahfuz. Adanya sifat lidah masin. Apa yang keluar dari mulut bukan sembarangan lagi bahkan menerusi yang dipanggil sebagai 'inkisaf'. Mereka sudah menguasai ilmu peringkat nur, tajalli, sir dan juga sirussir, iaitu lebih tinggi dari maqam mulhamah.

Yang dikatakan menerusi sirussir ialah cara penerimaan dengan telinga dan mata batin. Kalau mulhammah tadi baru terbuka dengan telinga batin tanpa mata batin. Dengan mata batin inilah dia berupaya melihat sesuatu yang ghaib yang tak mampu dilihat oleh mata biasa kita. Malah dapat melihat sesuatu yang akan berlaku pada masa akan datang. Betul-betul macam melihat TV. Malah siap boleh rewind lagi. Kalau guru kita nak lihat sejarah hidup kita yang lalu biasanya dia akan memrhati rakaman hidup kita dan mengesan dimana kesalahan kita dan memberi petua untuk membetulkannya. Kalau mencuri disuruhnya kita memulangkan kembali serta minta halal dan maaf, dan sebagainya lagi. Namun begitu dia tetap akan menjaga aib muridnya kepada orang lain. Perlu diingat pada peringkat ini dia tidak terganggu penglihatan dan pendengaran zahirnya pada masa sama melihat dan mendengar yang batin walaupun duduk di kedai kopi bersama-sama orang lain. Melalui penerimaan sirussir ini dia berupaya melihat alam barzakh, menjelajahi alam alam malakut. Keyakinan mereka sudah pada tahap ainul yakin dan haqqul yakin.



Fana juga boleh berlaku yang dikenali sebagai "fana qalbi" iaitu merupakan penafian diri ataupun menafikan maujud dirinya dan diisbatkan kepada wujudnya Allah semata-mata.Inilah peringkat yang kita bincangkan dulu mengenai LAA MAUJUD ILLALLAH. Keadaan inilah yang digambarkan Allah: "Semua yang ada adalah fana (tiada wujud hakikinya).Dan yang kekal(baqa) itu adalah wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan"Namun fana qalbi ini tidaklah kekal.